Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Senin, 05 Desember 2011

Matematika: Seperti Obat Pahit, Dibenci Tapi Harus Ditelan



Matematika bukanlah benda aneh yang oleh masyarakat kita tidak kenal. Matematika yang kadangkala dipelesetkan sebagai bahasa Batak, matemahita (matilah kita), tidak lebih dari salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari dan dilalui oleh setiap orang mulai dari bangku TK sampai perguruan tinggi dengan berbagai nama lainnya, seperti berhitung, statistika, logika, aljabar, aritmatika, geometri dan sebagainya.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran dari tiga pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional, yang harus dilalui oleh peserta dari kelas akhir di SD sampai SMA, dengan nilai berada di atas threshold yang setiap tahun dinaikkan agar dinyatakan lulus mendapat ijazah. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika adalah tiga patokan yang oleh banyak negara, termasuk Indonesia, dari dulu hingga sekarang dijadikan pengukur kemampuan setiap manusia untuk sukses di masa akan datang, kenapa?
Ilmu Matematika diantaranya meliputi aritmatika, geometri, aljabar dll sehingga kalau mau sok idealis tentu saja banyak manfaat Matematika untuk ilmu pengetahuan lain dan juga untuk kehidupan, misalnya:
  1. Kombinasi (Statistika) bisa digunakan untuk mengetahui banyaknya formasi tim bola voli yang bisa dibentuk.
  2. Aritmatika hampir digunakan setiap hari, yaitu untuk hitung-menghitung.
  3. Geometri bisa digunakan para ahli sipil karena geometri salah satunya adalah membahas tentang bangun dan keruangan.
  4. Aljabar bisa digunakan untuk memecahkan masalah bagaimana memperoleh laba sebanyak mungkin dengan biaya sesedikit mungkin.
  5. Mungkin dengan logika Matematika juga bisa membantu untuk berpikir logis, tapi tentu saja bukan hanya Matematika saja yang bisa membantu dalam berpikir logis.
 Dan Bahasa Indonesia sebagai kewajiban warga negara untuk mengenal dan mengetahuinya, jika tidak, tidaklah dapat dikatakan sebagai bangsa, bukanlah bahasa menunjukkan bangsa. Jika tidak demikian, kita tidak akan dapat berbahasa ketika orang lain berbudi : “orang berbudi kita berbahasa” itu kata pepatah, dan bahasa persatuan kita adalah bahasa Indonesia.
 Bahasa Inggris adalah salah satu bahasa Internasional, yang digunakan untuk berkomunikasi antarbangsa secara global. Selain itu bahasa ini juga merupakan bahasa pengetahuan, banyak sains dan teknologi direkam dalam berbagai jurnal, buku dan laporan atau media lainnya menggunakan bahasa Inggris. Tentunya, tujuan kewajiban lulus dalam bahasa ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam mentransfer ilmu pengetahuan agar bangsa menjadi terdidik dan lebih pintar secara mandiri. Lain lagi, jika negara mendapat kepercayaan melakukan acara-acara antarbangsa, seperti pelaksanaan Olimpiade misalnya, akan memerlukan ahli bahasa ini dalam berbagai urusan dan pelayanan, mungkin kita akan kewalahan mendapatkan banyak supir taksi di ibukota yang mampu berbahasa Inggris dengan baik sebagai kenderaan alternatif bagi semua tamu atau wisatawan yang mungkin berkunjung dalam rangka acara tersebut.
Berbeda dari dua bahasa itu, matematika sesuatu yang tidak disukai oleh banyak peserta UN. Barangkali karena konsepnya yang terlalu abstrak, sehingga untuk memahaminya harus mengencangkan niat sehingga mirip seperti pelesetan bahasa Bataknya, akan setengah mati! Banyak ilmuan yang mengatakan, ketika seseorang mampu membaca 100 halaman buku sosial atau buku cerita, maka orang itu hanya akan mampu membaca 10 halaman saja dari buku matematika. Perlu penalaran dan ketelitian lebih disertai praktek untuk dapat memahami apa yang tersurat dalam setiap simbol matematika, karena matematika berkomunikasi melalui simbol-simbol itu tanpa kata, kecuali sekedar sedikit kalimat untuk menerangkan hal-hal tertentu saja. Rumus menjadi sajian pada setiap halaman, dan tidak mudah untuk mengingat rumus-rumus itu, apalagi setiap rumus akan memiliki banyak variasi dan turunannya, dan akan bertambah banyak apabila bersentuhan dengan kasus-kasus yang perlu diselesaikan. Jadi dalam setiap buku pelajaran matematika, kita akan disajikan ratusan rumus yang harus berada dalam jangkauan ingatan kita. Inilah barang kali yang menjadi momok oleh sebagian anak didik di sekolah-sekolah, apalagi kebanyakan para pendidik yang mampu mengajarnya berwajah seperti bentuk-bentuk geometri, hampir tanpa senyum, sehingga membuat anak didik alergi duluan. Sebenarnya, tidaklah begitu susah untuk mempelajari matematika sebagai bidang ilmu, saya masih ingat ketika kecil dahulu di sekolah dasar, ketika saya tidak mampu memahami apa yang dikatakan guru tentang pelajaran matematika, pada waktu itu bernama berhitung. Petunjuk awal datang, ketika orang tua saya mengajarkan bagaimana mempelajari cara berhitung dengan baik, melalui konsep-konsep tertentu, barangkali walaupun orang tua saya tidak lulus SD, tapi dapat memahami dengan baik konsep-konsep secara alami, atau mungkin karena penyampaiannya juga disertai kasih sayang, membuat saya mampu menyerapnya, sehingga akhirnya saya memutuskan menjadi sarjana matematika dan mengajar pada bidang yang sama. Jadi, ketika kita menilai sesuatu dengan membencinya, maka ketika itu juga berantipati dengannya dan akhirnya tidak akan mamu bekerja dengannya. Barangkali kasus pelajaran matematika menjadi lebih menarik jika didendangkan dengan lagu, seperti lagu anak-anak berhitung yang didendangkan Puput Melati: 1+1=2, 2+2=3, …., masih ingat!
Walaupun tidak seperti dua mata pelajaran lainnya, matematika juga merupakan suatu bahasa. Bahasa untuk memahami banyak sains dan pengetahuan lainnya. Semua sains tidak terkecuali, mulai dari fisika, kimia, biologi, komputer, sampai kepada aplikasinya seperti kedokteran, teknik memerlukan matematika sebagai alat untuk memahami beragam satuan konsep di sana. Oleh karena itu, negara di mana tidak kuat kedudukan matematika sebagai ilmu dan pengatahuan, tidak akan mampu untuk menggunakan teknologi dengan baik apalagi mencipta teknologi untuk kemudahan umat manusia. Matematika menjadi bahasa komunikasi seseorang dengan teknologi yang diciptakan, seperti berkomunikasi antara manusia. Bukankah seringkali kita lihat, banyak teknologi dibeli oleh pemerintah, barangkali dengan uang rakyat, untuk dijadikan sebagai alat mempermudah pelayanan terhadap masyarakat tetapi tidak dapat digunakan secara maksimal karena tidak ada operator yang mampu menggunakan dengan baik dan terlatih, dan teknologi itupun rusak lebih cepat, ini bermakna bahwa tidak ada orang yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan teknologi tersebut, dan bahasa komunikasi itu adalah matematika. Jadi, pengetahuan tidak akan mampu diadopsi dan dipelajari dengan baik jika tidak menguasai matematika.
Ketika banyak di antara kita tidak mampu berkomunikasi dengan teknologi dengan baik, maka kebanyakan kita akan menggunakan teknologi sebagai barang yang mubazir, tidak efisien, dan kemungkinan akan cenderung digunakan untuk melakukan kejahatan. Bukankah, banyak teknologi informasi seperti komputer, jaringan, dan alat komunikasi lainnya yang digunakan oleh jutaan rakyat Indonesia untuk bergelimang dengan pornografi, termasuk anggota DPR. Pada sisi lain, judi menjadi pilihan kegiatan di antara kita setiap hari dengan menghabiskan uang dan waktu, dengan melibatkan berbagai teknologi karena tidak mampu berhitung dengan baik. Secara matematis, menurut teori peluang, seorang pejudi tidak akan pernah mendapat kesuksesan kecuali hanya sedikit, yaitu kemelaratan. Lalu, sebagai bangsa, sebenarnya terlalu banyak uang dihabiskan untuk membeli barang yang tidak berguna bagi kesejahteraan rakyat karena ketidakmampuan menggunakannya secara baik, hanya disebabkan oleh satu alasan saja, ketidakmampuan dan tidak berpengetahuan  secara matematika, yaitu kurang nalar, tidak mampu menganalisis, kurang teliti, tidak cermat menggunakan. Sebagaiman seekor kera (monyet) ketika memperoleh cermin akan dijadikan barang mainan, maka manusia akan memperlakukan teknologi dengan cara yang sama apabila tidak mampu berkomunikasi dengan teknologi itu.
Alangkah baiknya, jika bangsa Indonesia mampu berkomunikasi dengan baik menggunakan ketiga bahasa ini: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika sebagai bahasa sains dan teknologi, agar bangsa tidak hanya mampu menggunakan teknologi dengan baik dan efisien bagi kemakmurannya, tetapi juga mampu mencipta teknologi untuk meningkatkan kesejahteraannya. Inilah alasannya kenapa matematika harus ada di UN, juga ditempat lain di mana ada penilaian diri sebagai manusia. Ini juga alasannya kenapa bahasa-bahasa itu harus menjadi patokan untuk suksesnya kehidupan seseorang di masa akan datang. Semoga ……..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar